”PERANAN AUDITOR INTENAL DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (STUDI KASUS PADA PT DIRGANTARA INDONESIA)”
Hasil
Analisis
Berdasarkan
dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung sebesar 6.893 dan
berdasarkan tabel daftar distribusi dengan derajat kebebasan n-2 dan tingkat
signifikan didapat nilai ttabel sebesar 2.306. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
hasil ttabel> thitung atau 6.893 > 2.306, artinya HO ditolak dan H1
diterima. Artinya auditor internal berperan terhadap GCG.
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi rank spearman diperoleh Rs
sebesar 0.872. Ini artinya terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif
antara peran dari auditor dalam menunjang pelaksanaan GCG, sehingga dapat
disimpulkan bahwa audit internal berperan dalam menunjang pelaksanaan GCG.
Jadi, hipotesis yang telah ditetapkan dapat diterima, yakni terdapat peran yang
signifikan antara auditor internal dalam menunjang pelaksanaan GCG.
Berdasarkan
perhitungan koefisien determinasi, terhitung nilai koefisien determinasi (Kd)
sebesar 76.03% yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang kuat. Sedangkan dari
hasil pengujian hipotesis dengan uji t, nilai thitung sebesar 6.893 dan
berdasarkan tabel daftar distribusi t dengan derajat kebebasan n-2 dan tingkat
signifikansi 5 % nilai ttabel sebesar 2.306. Berdasarkan hasil tersebut di
dapat nilai t tabel > thitung atau 6.893 > 2.306, yang artinya Ho ditolak
dan Ha diterima, hal ini berarti auditor internal memiliki hubungan terhadap
pelaksanaan GCG. Berdasarkan koefisien determinasi dapat diketahui bahwa
pengaruh auditor internal terhadap risiko bisnis adalah sebesar 76.03%.
Profesionalisme
dari divisi SPI merupakan suatu kredibilitas dan kunci sukses dalam menjalankan
fungsinya dalam perusahaan. GCG dapat dijadikan acuan dalam menjalankan
pengendalian perusahaan yang efektif, dan audit internal dapat mengacu pada
prinsip-prinsip GCG agar fungsi pengendalian perusahaan dapat berjalan efektif.
SPI
memilliki peran yang sangat penting dalam menentukan baik buruknya pelaksanaan
GCG, karena fungsinya sebagai evaluator, konsultan dan katalisator bagi
manajemen sehingga dapat memberikan informasi mengenai terjadinya kecurangan,
kesalahan, pelanggaran dalam pengelolaan perusahaan, sehingga mampu mendeteksi
secara dini ketidakberesan dan dapat memberikan rekomendasi yang tepat. Dengan
kata lain, kualitas pelaksanaan GCG ditentukan oleh cepat atau lambatnya respons
SPI terhadap kejanggalan yang terjadi di manajemen.
Penerapan
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dalam Meningkatkan Kinerja
Perusahaan PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Sumenep
Hasil Analisis
Sesuai
wawancara dan pengolahan data yang didapat oleh peneliti dapat dijelaskan bahwa
akibat dari laporan perhitungan tahunan mengalami keterlambatan maka Rancangan
RKAP juga mengalami keterlambatan 25 hari sebelum memasuki tahun anggaran, maka
skornya adalah 0.
a)
Laporan Periodik
Laporan periodik triwulan dalam penyerahannya mengalami keterlambatan 40 hari
dari akhir periode laporan, maka skornya adalah 1.
b)
Kinerja Pembinaan Usaha
Kecil
PT. Pos Indonesia (Persero) Sumenep yang
merupakan perusahaan induk, oleh perusahaan pusat tidak diberikan wewenang
desentralisasi dalam penyaluran dana, setiap kegiatan kinerjanya sesuai dengan
aturan yang ditetapkan oleh perusahaan pusat. Maka dari hal pembinaan usaha
kecil diberikan skor 0. Maka pada aspek administrasi dapat dijelaskan bobot
keseluruhan pada tabel 5.
Total bobot Aspek
Administrasi PT. Pos Indonesia (Persero) Sumenep adalah 4. Jika dijumlahkan
dari semua hasil penghitungan baik dari Aspek Keuangan, Aspek Operasional
maupun Aspek Administrasi terdapat beberapa indikasi yang kurang baik serta
mengalami penurunan, hal ini dapat dijadikan salah satu indikator bahwa kinerja
perusahaan mengalami penurunan.
Namun hal tersebut
tidak dapat dijadikan suatu acuan dalam menentukan penerapan sistem yang baik,
terkecuali didukung dengan pemberian skor dari setiap indikasi rasio yang
terdapat pada Good Corporate Governance yang nantinya dapat ditemukan bobot PT.
Pos Indonesia (Persero) Cabang Sumenep, maka hasil analisa dan perhitungan
terhadap Aspek Keuangan, Aspek Operasional dan Aspek Administrasi dapat diberikan
nilai sebagai berikut: vi. Total bobot Aspek keuangan adalah 65, vii. total
bobot aspek operasional adalah 14,5 dan viii. total bobot aspek administrasi
adalah 4 jumlah keseluruhan dari ketiga aspek adalah 83,5.
Sesuai dengan jumlah
keseluruhan ketiga aspek tersebut maka diperoleh nilai AA yang tolak ukurnya
antara 80-95, atau masuk dalam kategori Sehat. Berdasarkan perhitungan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan prinsip Good Corporate Governance pada
PT. Pos Indonesia (Persero) Sumenep sudah menerapkan walaupun masih belum
sepenuhnya Oleh karena itu, dibutuhkan perbaikan-perbaikan didalam penerapan
prinsip accountability dan responsibility sehingga dapat menunjang peningkatan
kinerja baik di aspek keuangan, aspek operasional, maupun aspek administrasi.
Good
Corporate Governance Dan Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT. Jasa Marga
(Persero) Tbk.)
Hasil
Analisis
Penerapan Good
Corporate Governance PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahunnya, kecuali pada tahun 2012 perolehan skor GCG mengalami
penurunan. Hal itu disebabkan oleh perbedaan indikator parameter penilaian yang
digunakan. Kualitas penerapan Good Corporate Governance (GCG) tercermin dalam
perolehan skor perusahaan yang telah dilakukan penilaian penerapan GCG-nya.
Pada tahun 2008-2010 kualitas penerapan GCG PT. Jasa Marga memperoleh predikat
“Baik” dan terus mengalami peningkatan perolehan skor GCG. Pada tahun
2011-2012, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. memperoleh predikat “sangat baik”
dalam penerapan GCG.
Nilai profit margin PT.
Jasa Marga (Persero) Tbk. mengalami penurunan selama periode 2010-2012 yang
menunjukkan perusahaan tidak efisien dalam menekan biaya-biaya. Disisi lain
perolehan pendapatan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Meningkatnya
nilai aset setiap tahun tidak diikuti meningkatnya nilai Return On Assets
(ROA). ROA cenderung stabil selama tahun 2008-2012. Meningkatnya ROA
menunjukkan efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menjadi laba,
sedangkan menurunnya ROA menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aset yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Nilai ekuitas PT.
Jasa Marga (Persero) mengalami kenaikan disetiap tahunnya. Kenaikan nilai
ekuitas diikuti oleh nilai Return On Equity (ROE) yang mengalami peningkatan
disetiap tahunnya. Kenaikan ROE tersebut menunjukkan efektifitas pengelolaan
sumber dana PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk memperoleh laba bersih.
Tujuan dari penerapan
GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk mengoptimalkan nilai BUMN
dan mendorong pengelolaan BUMN yang efektif dan efisien. Penerapan Good
Corporate Governance (GCG) PT. Jasa Marga yang sangat baik tidak berdampak pada
kemampuan perusahaan beroperasi secara efisien. Perusahaan juga tidak dapat
memaksimalkan aset secara optimal untuk memperoleh laba. Kualitas penerapan GCG
berdampak pada efektifitas perusahaan dalam pengelolaan sumber dana untuk
memperoleh laba bersih. Berdasarkan analisis tersebut, tujuan dari penerapan
GCG pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, tidak 13 sepenuhnya tercapai. PT. Jasa
Marga (Persero) Tbk. belum dapat meningkatkan efisiensi dan memanfaatkan aset
produktif yang dimiliki.
Erianae Yulianie Sinta 22212520
Miftahul Khomsa Aulia E 24212580
Muliana Dwi Susila 25212154
Putri Rahayu 25212786
Syaifi Tiza Dayanara 27212246
Wiji Mustika Wati 27212705
Tidak ada komentar:
Posting Komentar