Minggu, 29 November 2015

Analisis Good Corporate Governance pada Persero

”PERANAN AUDITOR INTENAL DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (STUDI KASUS PADA PT DIRGANTARA INDONESIA)”


Hasil Analisis
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung sebesar 6.893 dan berdasarkan tabel daftar distribusi dengan derajat kebebasan n-2 dan tingkat signifikan didapat nilai ttabel sebesar 2.306. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil ttabel> thitung atau 6.893 > 2.306, artinya HO ditolak dan H1 diterima. Artinya auditor internal berperan terhadap GCG.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi rank spearman diperoleh Rs sebesar 0.872. Ini artinya terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara peran dari auditor dalam menunjang pelaksanaan GCG, sehingga dapat disimpulkan bahwa audit internal berperan dalam menunjang pelaksanaan GCG. Jadi, hipotesis yang telah ditetapkan dapat diterima, yakni terdapat peran yang signifikan antara auditor internal dalam menunjang pelaksanaan GCG.
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi, terhitung nilai koefisien determinasi (Kd) sebesar 76.03% yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang kuat. Sedangkan dari hasil pengujian hipotesis dengan uji t, nilai thitung sebesar 6.893 dan berdasarkan tabel daftar distribusi t dengan derajat kebebasan n-2 dan tingkat signifikansi 5 % nilai ttabel sebesar 2.306. Berdasarkan hasil tersebut di dapat nilai t tabel > thitung atau 6.893 > 2.306, yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti auditor internal memiliki hubungan terhadap pelaksanaan GCG. Berdasarkan koefisien determinasi dapat diketahui bahwa pengaruh auditor internal terhadap risiko bisnis adalah sebesar 76.03%.
Profesionalisme dari divisi SPI merupakan suatu kredibilitas dan kunci sukses dalam menjalankan fungsinya dalam perusahaan. GCG dapat dijadikan acuan dalam menjalankan pengendalian perusahaan yang efektif, dan audit internal dapat mengacu pada prinsip-prinsip GCG agar fungsi pengendalian perusahaan dapat berjalan efektif.
SPI memilliki peran yang sangat penting dalam menentukan baik buruknya pelaksanaan GCG, karena fungsinya sebagai evaluator, konsultan dan katalisator bagi manajemen sehingga dapat memberikan informasi mengenai terjadinya kecurangan, kesalahan, pelanggaran dalam pengelolaan perusahaan, sehingga mampu mendeteksi secara dini ketidakberesan dan dapat memberikan rekomendasi yang tepat. Dengan kata lain, kualitas pelaksanaan GCG ditentukan oleh cepat atau lambatnya respons SPI terhadap kejanggalan yang terjadi di manajemen.



Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Sumenep


Hasil Analisis
Sesuai wawancara dan pengolahan data yang didapat oleh peneliti dapat dijelaskan bahwa akibat dari laporan perhitungan tahunan mengalami keterlambatan maka Rancangan RKAP juga mengalami keterlambatan 25 hari sebelum memasuki tahun anggaran, maka skornya adalah 0.
a)        Laporan Periodik Laporan periodik triwulan dalam penyerahannya mengalami keterlambatan 40 hari dari akhir periode laporan, maka skornya adalah 1.
b)        Kinerja Pembinaan Usaha Kecil

 PT. Pos Indonesia (Persero) Sumenep yang merupakan perusahaan induk, oleh perusahaan pusat tidak diberikan wewenang desentralisasi dalam penyaluran dana, setiap kegiatan kinerjanya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh perusahaan pusat. Maka dari hal pembinaan usaha kecil diberikan skor 0. Maka pada aspek administrasi dapat dijelaskan bobot keseluruhan pada tabel 5.
Total bobot Aspek Administrasi PT. Pos Indonesia (Persero) Sumenep adalah 4. Jika dijumlahkan dari semua hasil penghitungan baik dari Aspek Keuangan, Aspek Operasional maupun Aspek Administrasi terdapat beberapa indikasi yang kurang baik serta mengalami penurunan, hal ini dapat dijadikan salah satu indikator bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan.
Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan suatu acuan dalam menentukan penerapan sistem yang baik, terkecuali didukung dengan pemberian skor dari setiap indikasi rasio yang terdapat pada Good Corporate Governance yang nantinya dapat ditemukan bobot PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Sumenep, maka hasil analisa dan perhitungan terhadap Aspek Keuangan, Aspek Operasional dan Aspek Administrasi dapat diberikan nilai sebagai berikut: vi. Total bobot Aspek keuangan adalah 65, vii. total bobot aspek operasional adalah 14,5 dan viii. total bobot aspek administrasi adalah 4 jumlah keseluruhan dari ketiga aspek adalah 83,5.
Sesuai dengan jumlah keseluruhan ketiga aspek tersebut maka diperoleh nilai AA yang tolak ukurnya antara 80-95, atau masuk dalam kategori Sehat. Berdasarkan perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan prinsip Good Corporate Governance pada PT. Pos Indonesia (Persero) Sumenep sudah menerapkan walaupun masih belum sepenuhnya Oleh karena itu, dibutuhkan perbaikan-perbaikan didalam penerapan prinsip accountability dan responsibility sehingga dapat menunjang peningkatan kinerja baik di aspek keuangan, aspek operasional, maupun aspek administrasi.




Good Corporate Governance Dan Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.)



Hasil Analisis

Penerapan Good Corporate Governance PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya, kecuali pada tahun 2012 perolehan skor GCG mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh perbedaan indikator parameter penilaian yang digunakan. Kualitas penerapan Good Corporate Governance (GCG) tercermin dalam perolehan skor perusahaan yang telah dilakukan penilaian penerapan GCG-nya. Pada tahun 2008-2010 kualitas penerapan GCG PT. Jasa Marga memperoleh predikat “Baik” dan terus mengalami peningkatan perolehan skor GCG. Pada tahun 2011-2012, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. memperoleh predikat “sangat baik” dalam penerapan GCG.
Nilai profit margin PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. mengalami penurunan selama periode 2010-2012 yang menunjukkan perusahaan tidak efisien dalam menekan biaya-biaya. Disisi lain perolehan pendapatan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Meningkatnya nilai aset setiap tahun tidak diikuti meningkatnya nilai Return On Assets (ROA). ROA cenderung stabil selama tahun 2008-2012. Meningkatnya ROA menunjukkan efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menjadi laba, sedangkan menurunnya ROA menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Nilai ekuitas PT. Jasa Marga (Persero) mengalami kenaikan disetiap tahunnya. Kenaikan nilai ekuitas diikuti oleh nilai Return On Equity (ROE) yang mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Kenaikan ROE tersebut menunjukkan efektifitas pengelolaan sumber dana PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk memperoleh laba bersih.
Tujuan dari penerapan GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk mengoptimalkan nilai BUMN dan mendorong pengelolaan BUMN yang efektif dan efisien. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) PT. Jasa Marga yang sangat baik tidak berdampak pada kemampuan perusahaan beroperasi secara efisien. Perusahaan juga tidak dapat memaksimalkan aset secara optimal untuk memperoleh laba. Kualitas penerapan GCG berdampak pada efektifitas perusahaan dalam pengelolaan sumber dana untuk memperoleh laba bersih. Berdasarkan analisis tersebut, tujuan dari penerapan GCG pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, tidak 13 sepenuhnya tercapai. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. belum dapat meningkatkan efisiensi dan memanfaatkan aset produktif yang dimiliki.
                                           




Erianae Yulianie Sinta                      22212520
Miftahul Khomsa Aulia E                24212580
Muliana Dwi Susila                           25212154
Putri Rahayu                                     25212786
Syaifi Tiza Dayanara                        27212246
Wiji Mustika Wati                            27212705




Tidak ada komentar:

Posting Komentar